Penulis Sinopsis: Cristal
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Sambil membersihkan restoran, Hong Ran dan Ma Ryong menonton berita tentang kasus pesta narkoba.
Joo Eun menyiarkan bahwa Lee Ho Sung, Choi Min Gook dan Kang In Gyu sudah tiba di Pengadilan untuk menjalani pemeriksaan terkait keabsahan surat penangkapan mereka.
“Kita harus menyemprotkan ini kepada mereka sampai bersih. Mereka korupsi habis-habisan,” kata Ma Ryong sambil menyemprotkan cairan pembersih ke arah televisi.
Saat akan meninggalkan Gedung Pengadilan, langkah Kang Ho terhenti karena melihat beberapa orang yang dikenalnya baru saja masuk ke dalam gedung.
Kang Ho melihat Ho Sung, Min Gook, dan In Gyu datang dengan didampingi Tuan Oh dan para reporter langsung mengerubungi mereka. Salah satu reporter bertanya apakah benar mereka mengatur sirkulasi berita.
“Baiklah. Biarkan kami masuk sebelum wawancara,” kata Tuan Oh. Para reporter mulai menyebut kasus narkoba mereka. “Baiklah. Kami akan memberi kalian pers release nanti. Ayo masuk sekarang.”
Ho Sung berjalan masuk dengan didampingi Tuan Oh. Ia terlihat marah saat melihat Kang Ho tidak jauh dari hadapannya.
Kang Ho malah tersenyum lebar melihat kondisi Ho Sung sekarang. Ia menarik napas lega dan meninggalkan Gedung Pengadilan.
Kang Ho lalu pergi ke sebuah restoran untuk menemui seorang pria. “Dahulu saat aku buron, kau memberiku KTP TIongkok Korea. Itu sangat ampuh menghindari penelurusan Polisi,” kata Kang Ho setelah meminum kopinya.
Pria itu tampak tidak terlalu peduli dan sibuk dengan ponselnya. “Berkat itu, catatan kriminalku bertambah,” kata Kang Ho. Pria itu meletakkan ponselnya, lalu membuka buku catatannya dan mencari nama Han Kang Ho.
“Saldomu lebih 500 dolar,” kata pria itu. Kang Ho tertawa dan bilang kalau pria itu menaginya 2.000 dolar, sedangkan yang lainnya 1.500 dolar. “Kenapa kau menanyaiku soal ini sekarang?”
Kang Ho menyindir bahwa ia meminta agar KTP-nya tidak buru-buru dibuat, tapi pria itu malah membuatnya dengan cepat. “Hei, ambilkan perkakas atau senjata untuk memukulnya!” kata pria itu.
Wanita berambut panjang: “Yang besar atau kecil?”
Kang Ho: “Astaga, sudahlah. Apa maksudnya? Sudahlah. Tidak perlu.”
Kang Ho bilang ia memberikan tawaran besar karena berutang kepada pria itu. Ia jamin pria itu akan menyesal, jika tidak mengambil tawaran itu.
Pria itu menyandarkan tubuhnya dan menarik napas beberapa kali. “Katakanlah,” kata pria itu menyerah. Kang Ho memberikan selembar kertas. “Apa ini?” tanya pria itu sambil membuka lipatan kertasya.
“Bahkan tim pencari orang hilang jangka panjang tidak bisa menemukan dia. Sekeras apapun aku memikirkannya, dia pasti menjalani hidup dengan identitas palsu. Menurutmu, identitas Amerika atau Afrika? Sudah pasti Tiongkok-Korea” kata Kang Ho.
Pria itu bertanya apa Kang Ho meminta mereka membuka catatan klien mereka. Kang Ho mengiyakan dan meminta daftar semua orang yang mirip dan sebaya dengan Ji Yeon, kakak So Eun. “Bagi kami, menjual dan membeli sama-sama rahasia. Membuka catatanku, sama saja dengan bunuh diri. Kau emmintaku membahayakan hidupku?” kata pria itu.
“Kau tahu kakakku seorang hakim, bukan?” tanya Kang Ho. Pria itu mengangguk. Pria itu bilang banyak orang tertipu saat Kang Ho mengatakan akan membuat kesepakatan rahasia dan menurunkan hukumannya.
Kang Ho melihat sekeliling dan meminta pria itu mendekat. Ia berbisik, “Kakakku akan bergabung dengan Kementerian Luar Negeri di Rumah Biru. Masalah pengungsi, kejahatan oleh pekerja asing, dan pelanggaran perubahan status imigran gelap. Semua itu rumit di Korea. Kakakku akan mengurus semua masalah ini sembari mengawasi penyelidikan bersama jaksa.”
Pria itu terkejut. Kang Ho melanjutkan kebohongannya, “Organisasi yang memperjualbelikan identitas orang asing adalah target pertama. Tapi jika kau menemukan wanita ini, dia berjanji kepadaku akan mengabaikan organisasimu.” Dengan gugup, pria itu bertanya bagaimana ia bisa mempercayai Kang Ho.
“Wanita itu adalah kakak dari pacarnya kakakku,” kata Kang Ho. Pria itu semakin terkejut. “Sauadaraku bertekad menemukannya meski harus berurusan denganmu. Ini operasi rahasia, jadi rahasiakan ini. Dia menjabat usai mengundurkan diri untuk memastikan ini tetap rahasia. Jika kau tidak mempercayaiku, hubungilah Pengadilan. Tanyakan kabar Hakim Han Soo Ho sekarang.”
Pria itu mengambil ponselnya dan meninggalkan Kang Ho sendirian.
Kang Ho: “Apa kata mereka? Dia mengundurkan diri, bukan?”
Pria: “Kakakmu benar-benar bergabung dengan Rumah Biru?”
Kang Ho: “Ah… Jika kau tidak punya keyakinan, tidak ada masa depan.”
Kang Ho akan mengambil kembali fotokopi identitas Ji Yeon, tapi pria itu memutuskan untuk menerika tawaran Kang Ho.
“Jika jaksa mengincar kami, akan kutaruh namamu di daftar Malaikat Pencabut Nyawa,” ancam pria itu. Kang Ho mengerti dan berjanji akan tetap diam. “Jika ada masalah, aku akan membunuhmu sebelum aku mati.”
Mendengar ancaman itu, Kang Ho malah tertawa “Kau melakukan hal baik. Kau akan Berjaya pada akhirnya,” ujarnya lalu mengeluarkan uang untuk pembayarannya. “Seribu dollar.”
Pria itu melemparkan amplop uang itu begitu saja ke dalam buku catatannya.
Sementara itu di sebuah restoran, Jae Hyung meminta Woo Jung memberikan nomor telepon Pengacara Min yang direkomendasikan oleh Soo Ho. Woo Jung memberikan kartu nama Pengacara Min. Jae Hyung bilang ia akan mengajukan persidangan ulang. Woo Jung agak terkejut.
“Meski kakakku membunuh ibuku, lebih baik berpura-pura tidak tahu. Aku tidak mau dia dikenal sebagai anak durhaka,” kata Jae Hyung. Woo Jung tampak sedih. “Aku akan mengurus semuanya. Kemanapun kau pergi, aku ingin kau bahagia.”
Woo Jung: “Bagaimana aku bisa bahagia? Aku harus bagaimana?”
Jae Hyung: “Kau harus membuat keputusan.”
Woo Jung: “Jae Ho mungkin bunuh diri karena aku, bukan?”
Jae Hyung: “Aku sudah selesai bicara. Aku permisi.”
Woo Jung: “Dia mati karena aku. Jadi, aku harus mati juga. Tapi sepertinya aku ingin hidup. Itu sebabnya aku membuat alasan untuk hidup… yaitu membunuh Han Soo Ho.”
Woo Jung bilang tidak ada alasan sekuat membunuh seseorang. Ia merasa setelah itu rasa bersalahnya menghilang begitu saja. Jae Hyung bilang tidak ada alasan untuk membicarakan hal itu. “Bagaimana aku harus menjalani hidup?” tanya Woo Jung.
“Pergilah ke sauna agar bisa berkeringat. Masukkan tubuhmu ke air yang dingin. Lalu, kau akan sadar. Setelah itu, perhatikan bagaimana orang lain menjalani hidup mereka. Kau bisa hidup seperti mereka. Aku akan meneleponmu setelah menemui pengacara ini, “ nasihat Jae Hyung lalu berdiri.
“Kita tidak bersalah. Di antara semua tindakan kita, tidak membunuh mungkin adalah hal terbaik yang kita lakukan,” kata Jae Hyung sebelum pergi.
Woo Jung masih sedih, tapi ia sudah merasa lebih baik.
0 comments: